JAKARTA - Upaya menuju sistem energi yang lebih bersih terus menjadi perhatian utama sektor ketenagalistrikan nasional.
Di tengah tuntutan pengurangan emisi dan penguatan kemandirian energi, pemanfaatan sumber energi terbarukan dinilai semakin krusial. Salah satu langkah yang kini mendapat sorotan adalah pengembangan biomassa sebagai bagian dari strategi transisi energi Indonesia.
PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mengambil peran aktif dengan memperluas kerja sama lintas sektor untuk memperkuat ekosistem biomassa nasional. Pendekatan kolaboratif ini dipandang penting guna memastikan ketersediaan pasokan energi hijau yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara PLN EPI dan PT Panah Perak Megasarana (PPM). Kerja sama ini difokuskan pada pengembangan dan pengelolaan biomassa sebagai bahan bakar pendukung pembangkit, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions.
Kolaborasi ini tidak hanya menitikberatkan pada aspek bisnis, tetapi juga pada tata kelola lingkungan, sosial, dan keberlanjutan jangka panjang. Dengan sinergi ini, PLN EPI berharap biomassa dapat menjadi salah satu pilar penting dalam bauran energi nasional.
Pemanfaatan Biomassa Perkuat Transisi Energi
Direktur Biomassa PLN EPI, Hokkop Situngkir, menjelaskan bahwa pemanfaatan biomassa melalui skema cofiring di pembangkit listrik tenaga uap menunjukkan tren peningkatan sejak pertama kali diterapkan pada 2020. Seiring waktu, kebutuhan biomassa terus meningkat sejalan dengan target penurunan emisi sektor ketenagalistrikan.
Pada 2025, PLN EPI menargetkan penggunaan biomassa mencapai tiga juta ton. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya, mencerminkan komitmen kuat perusahaan dalam memperluas pemanfaatan energi terbarukan.
“Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar baik dari limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan,” kata Hokkop dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 28 Desember 2025.
Ia menambahkan bahwa limbah dari produk turunan kelapa sawit memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi bioenergi. Bahan padat seperti cangkang sawit dan tandan kosong, serta bahan cair seperti palm oil mill effluent, dapat diolah menjadi sumber energi terbarukan yang mendukung kemandirian energi nasional.
Meski demikian, Hokkop menekankan bahwa tantangan utama terletak pada integrasi rantai pasok dan kepastian legalitas sumber bahan baku. Oleh karena itu, kemitraan dengan pelaku industri yang menerapkan prinsip keberlanjutan dinilai menjadi faktor kunci keberhasilan.
Ekspansi Industri Pelet Biomassa Nasional
Direktur Utama PT Panah Perak Megasarana, Agussalim Igarashi, mengungkapkan bahwa perusahaannya telah mengoperasikan pabrik pelet biomassa di Bekasi, Jawa Barat. Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi tujuh ton per jam dan menjadi basis awal pengembangan biomassa perusahaan.
Pada awal 2026, Panah Perak Megasarana berencana melakukan ekspansi dengan menambah dua lini produksi masing-masing berkapasitas 3,5 ton per jam. Dengan penambahan ini, kapasitas terpasang pabrik Bekasi akan meningkat menjadi 14 ton per jam atau sekitar 7.800 ton per bulan.
Selain Bekasi, perusahaan juga tengah menyelesaikan pembangunan pabrik pelet biomassa kedua di Palembang. Progres pembangunan telah mencapai sekitar 90 persen dan ditargetkan segera beroperasi untuk mendukung kebutuhan biomassa domestik.
“Mesin utama sudah tiba di Palembang dan dalam satu hingga dua hari ke depan akan mulai diinstalasi. Ini menjadi basis produksi awal kami untuk mendukung kebutuhan biomassa domestik,” ujar Agussalim.
Pengembangan ini diharapkan dapat memperkuat pasokan biomassa dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil di sektor ketenagalistrikan.
Pengembangan Wilayah Dan Inovasi Produk Energi
Tidak hanya berhenti di Palembang, Panah Perak Megasarana juga menyiapkan pembangunan pabrik pelet biomassa di Aceh, tepatnya di wilayah Nagan Raya. Lokasi tersebut dipilih karena berdekatan dengan kawasan pembangkit, sehingga dinilai strategis dari sisi distribusi dan efisiensi logistik.
Agussalim menyampaikan bahwa proses pengembangan dilakukan dengan memperhatikan aspek tata ruang, kepatuhan regulasi, serta prinsip keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ground breaking proyek ini ditargetkan berlangsung pada awal 2026.
Di luar pengembangan pelet biomassa, perusahaan juga mengembangkan produk biocoal berbasis batubara low rank yang dipadukan dengan biomassa. Produk ini dirancang untuk menghasilkan nilai kalori yang lebih tinggi dengan emisi yang lebih rendah.
Dari hasil uji coba, biocoal tersebut mampu mencapai nilai kalori hingga 6.667 kkal dan ditargetkan meningkat menjadi 7.500 kkal melalui pengembangan teknologi nano aditif lanjutan. Keunggulan utama produk ini adalah kandungan sulfur yang sangat rendah.
Menurut Agussalim, karakteristik tersebut membuat biocoal berpotensi digunakan tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga untuk industri baja dan sektor lain yang membutuhkan bahan bakar dengan emisi lebih bersih.
Sinergi Lintas Industri Demi Energi Berkelanjutan
Sejak awal komunikasi dengan PLN EPI, Panah Perak Megasarana mengaku memiliki visi yang sejalan dalam mendorong percepatan transisi energi nasional. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat peran BUMN, khususnya PLN EPI, dalam penyediaan energi hijau yang efisien dan bernilai ekonomis.
Melalui kerja sama ini, kedua pihak akan bersinergi dalam berbagai aspek, mulai dari kajian potensi daerah, pengembangan teknologi, pengelolaan bahan baku biomassa, hingga penilaian risiko serta mitigasi dampak sosial dan lingkungan.
Hokkop menegaskan bahwa kolaborasi lintas pelaku industri menjadi kunci untuk memastikan pasokan biomassa yang berkelanjutan. Sinergi ini juga dinilai penting untuk mendukung bauran energi nasional yang lebih ramah lingkungan di masa depan.
Dengan pendekatan terintegrasi dan berkelanjutan, kerja sama antara PLN EPI dan Panah Perak Megasarana diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi transisi energi Indonesia, sekaligus membuka peluang ekonomi baru di sektor energi terbarukan.